Jumat, 11 Februari 2011

#SaveAlanda




Lagi-lagi Saya membahas salah satu hashtag yang sedang menjadi "trending topic" di Twitter. Ya, memang Twitter bisa menjadi salah satu jejaring sosial yang efektif untuk melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Seperti aksi "coin for Prita" dan juga aksi-aksi yang lain.

okay, setelah saya baca tentang alanda kariza di blognya(bisa di klik langsung), memang terdengar tidak adil ketika saya membaca kesenjangan yang terjadi antara Ibu Alanda dengan karyawan lain. Apalagi dengan jabatan sebagai "Kepala Divisi". Dan Saya tahu klimaksnya yang memang tidak baik ketika Ibu Alanda harus divonis menjadi "Tersangka".

untuk masalah yang melanda ibunya, Saya kurang tahu pasti. Namun yang tertera di dalam blognya :

Ibu dituduh terlibat dalam pencairan beberapa kredit bermasalah, yang disebut sebagai “kredit komando” karena bisa cair tanpa melalui prosedur yang seharusnya. Beberapa kredit cair tanpa ditandatangani oleh Ibu sebelumnya. Padahal, seharusnya semua kredit baru bisa cair setelah ditandatangani oleh beliau yang menjabat sebagai Kepala Divisi Corporate Legal. Ya, tidak masuk akal.

“Kredit komando” ini terjadi atas perintah dua orang yang mungkin sudah familiar bagi orang-orang yang mengikuti kasus Century melalui berita, Robert Tantular dan Hermanus Hasan Muslim. Dua orang ini sudah ditahan dan seharusnya, menurut saya, kasusnya sudah selesai. Ibu dulu hanya menjadi saksi dalam kasus mereka berdua, karena kredit-kredit tersebut cair karena perintah mereka, bukan Ibu. Bahkan tandatangan Ibu pun “dilangkahi”. Pertanyaan saya, mengapa Ibu dijadikan tersangka? Nonsens.

Oleh karena itulah, saya optimis. Saya tahu bahwa Ibu tidak bersalah, walaupun saya ‘awam’ dalam dunia hukum perbankan. Saya selalu berkata kepada Ibu bahwa semua akan baik-baik saja, karena itulah yang saya percayai, bahwa negara ini (seharusnya) melindungi mereka yang tidak bersalah, bahwa negara ini adalah negara hukum.

Ya, memang hukum harus ditegakkan di Indonesia. Saya tidak tahu kenapa hukum di Indonesia begitu aneh, sehingga terkadang hukuman bagi seorang koruptor bisa lebih ringan daripada seorang maling ayam ataupun maling jemuran. walaupun Saya bukan orang hukum.

"I can live with that. I’m willing to work part time, do internships, and work my ass off to publish more and more books if it would help my parents, especially my mother. Although I don’t have my own car and I can’t shop luxurious stuff just like my friends do, I’m happy, and I’m willing to live like that", Alanda said. Memang benar, kita bisa tetap hidup kok walau tanpa hal-hal mewah seperti itu. mungkin kita hanya butuh terbiasa akan hal itu. Dan pastinya satu hal, orang semacam Alanda inilah yang akan menjadi "Orang" yang sesungguhnya dan siap menerima segala cobaan.

"I just want her to stay with me… instead of behind those scary bars. I just want her to witness everything that I will achieve in the future. I just want her to see my little sisters grow up, beautifully. I just want her to always be there around the dining table, and we’ll have dinner together. I just want her to cook again for the whole family on Sunday mornings. I just want her to let me drive for her when she has to go somewhere. I just want her to listen to my stories about my boyfriend, my friend, campus life, or silly little things. I just want her here… Here".
I love you, Mum. I do… :’(

Saya tahu, Saya juga tidak bisa berbuat banyak untuk Alanda. Tapi satu yang pasti, Saya pasti mendoakan Alanda. Satu perkataan Saya, "Everybody has their own problems, all we need to do is just face it and keep mooving forward". #saveAlanda :)


1 komentar: